Social Icons

Pages

Sunday, June 23, 2013

Rasulullah (baru) sampai Neptunus #Isra’Mi’raj

 Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Isra : 1) 
Salah satu perjalanan paling fenomenal yang pernah dijajaki makhluk bumi adalah Isra’ Mi’raj oleh Rasulullah SAW. Perjalanan lintas negara, lintas dunia, lintas transendensi yang cuma satu malam saja. Kata Shirah berangkatnya 27 Rajab 622 M (1 tahun sebelum hijriah) pulangnya hari itu juga.
Pernah kebayang ga, bagaimana coba semalam saja berpergian ke tempat-tempat yang jauh? Karena pertanyaan ini jugalah Abu Bakar diwisuda sebagai Ash-Shidiq atas keyakinan pembenarannya. Lantas (si)apa yang pergi jalan-jalan itu? Kita pernah tahu Rasul berangkat dengan kendaraan jet ‘buraq’. Apakah Rasul dalam wujud utuh fisik dan Ruh yang berangkat? Atau ruhnya saja? Tapi kata Ibnul Qayyim yang berangkat dengan jasadnya juga. Yang pasti juga Rasul berangkat ditemani ‘co-pilot’ bernama malaikat Jibril.
Bicara perjalanan pasti bicara ruang dan waktu. Ada waktu tempuh perjalanan itu dan ada ruang perpindahan dari titik berangkat ke titik destinasi sebagai syarat adanya perjalanan juga. Rasul pergi hanya semalam yang jika diasumsikan kurang lebih berangkat ba’da isya jam 8 pm sampai menjelang subuh jam 4 berarti ada 8 jam perjalanan waktu manusia. Sedangkan bagi malaikat seperti kata surat Al-ma’arij semalam itu bisa bernilai 50.000 tahunnya manusia.
(yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik. Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. (QS. Al-Ma’arij : 3-4) 
Yang saya pelajari di sekolah seputar rumus frequensi menyepakati 300.000 km per detik itu adalah kecepatan cahaya. Bandingkan dengan kecepatan motor kita sekitar 60 km per jam? Sedangkan malaikat apapun namanya tercipta oleh Allah dari cahaya (Nur).
Jika Rasul berangkat bersama malaikat dengan kecepatan cahayanya, maka perjalanan Isra’ Mi’raj itu bergerak dengan kecepatan 300.000 km per detik. Dengan waktu tempuh semalam yang setara 50.000 tahun dengan disisipi konsep dilatasi waktu teori relativitas, maka dengan perhitungan formula kecepatan, dan waktu akan menghasilkan jarak sepanjang 4.320 juta kilometer. Ini adalah jarak kisaran matahari sampai Neptunus. Isra’ Mi’raj baru sampai Neptunus?
Menurut buku Ayat-Ayat Semesta, jika Isra’ Mi’raj dijelaskan dengan konsep fisika di atas maka:
Pertama, yang melakukan Isra’ Mi’raj itu hanya Ruh saja. Karena menurut relativitas khusus materi tak bermasa saja yang bergerak dengan kecepatan cahaya.
Kedua, Rosul bergerak hanya sampai Neptunus saja belum sampai Sidratul Muntaha. Lantas, dimanakah Rasul berdialog dengan Allah di Sidratul Muntaha-nya?
Ketiga, andai benar raga Rosul ikut bergerak dengan laju cahaya maka tubuh Rasul Saw, akan ‘meledak’ sesuai rumus relativitas khusus.
Bukan menyangsikan kebenaran Isra’ Mi’raj, apalagi meraguinya sampai menggugatnya. Namun ada hikmah yang bisa coba disibak dengan ilmu. Kalaupun ilmu fisika dengan teori relativitas khusunya belum sanggup menjawab Isra’ Mi’raj maka perlu dijawab dengan cara lain. Karena ketiga asumsi diatas sudah gugur dengan sendirinya karena nyala keimanan kita. Wallahu’alam. 

No comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Total Pageviews